SISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Thursday, March 22, 2018

MEMBUDAYAKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL


Adanya perkembangan zaman di bidang media informasi menjadi salah satu penyebab meredupnya keberadaan permainan tradisional. Hanya dengan mengakses di media internet, media jejaring sosial dan televisi, saat ini anak-anak di beberapa kota-kota besar di Indonesia bahkan juga di pedesaan, sudah dapat menikmati permainan-permainan budaya modern, seperti dalam contoh kecil: game online, jejaring sosial, video streaming, dan masih banyak lagi yang lainnya. Seiring dengan adanya modernisasi, permainan tradisional yang dahulu menjadi kegemaran anak-anak di era tahun 80-90 an kini semakin tergeser keberadaannya dengan budaya permaianan modern di beberapa kota besar di Indonesia.
Sementara permainan tradisional saat ini hanya sering dimainkan oleh anak-anak di pinggiran kota atau di desa-desa sehingga terkadang kesan yang melekat pada permainan tradisional adalah permainan kampungan yang sudah ketinggalan zaman. Kesan yang melekat pada permainan ini terkadang membuat anak-anak saat ini lebih memilih untuk bermain permainan digital. Pilihan anak ini juga karena dukungan dari orang tua, yang menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh anaknya. Orang tua tidak lagi memperkenalkan permainan yang dimainkannya dulu waktu mereka kecil kepada anak-anaknya. Hal ini terjadi juga karena kesan melekat pada permainan tersebut. Kesan modern ternyata tidak selamanya berdampak positif. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada anak. Karakter anak cenderung menjadi pribadi yang individualis, suka berbohong, tidak bertanggung jawab, dan jarang berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Di balik banyaknya dampak negatif yang telah ditimbulkan oleh permainan digital yang memiliki kesan modern ini, sebenarnya bangsa Indonesia memiliki permainan anak yang kaya akan nilai dan berdasarkan hasil penelitian permainan anak tradisional dapat menstimulasi tumbuh kembang anak, bahkan dapat digunakan sebagai sarana edukasi pada anak.
Pendidikan karakter meliputi dua aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi meliputi aspek kognitif (olah pikir), afektif (olah hati), dan psikomotor (olah raga). Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual. Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berarti siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga). Hal ini yang belum sepenuhnya dilakukan oleh para guru sebagai penggerak utama keberhasilan untuk membudayakan pendidikan karakter pada siswa.
Di dalam pembelajaran, muka suram para siswa ketika guru menyampaikan materi hanya melalui metode ceramah dan pemberian tugas. Tidak ada semangat dan wajah berbinar saat mengerjakan soal-soal. Motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sangatlah kurang sehingga berdampak pada aktivitas para siswa dalam pembelajaran. Antar siswa yang satu dengan yang lain sering timbul perdebatan yang tidak harmonis, kurangnya rasa saling menghargai yang berdampak pada sikap toleransi. Sikap jujur yang rendah sehingga siswa terkadang berbohong ketika melakukan kesalahan ataupun ada tugas dari guru. Tidak ada rasa tanggung jawab ketika diberikan tugas. Saat pembelajaran dibuat berkelompok tidak ada sikap demokratis, semua saling tunjuk dan individualis, hal ini tercermin ketika perwakilan dari kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Beberapa karakter tersebut sangat perlu untuk dibudayakan, mengingat waktu siswa di sekolah adalah saat yang tepat untuk membudayakan karakter selain di rumah, karena selama di sekolah siswa bisa bersosialisasi dengan banyak teman, baik itu siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru.
Namun kondisi dilapangan sangatlah berbeda, kenyataannya tidak sedikit guru dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan strategi,  metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik, media ataupun alat peraga yang sesuai dengan materi, serta kurang menggunakan permainan yang memacu semangat dan aktivitas yang menanamkan karakter pada siswa, hal tersebut berakibat pada siswa. Siswa kurang memahami materi yang akhirnya berdampak pada hasil belajar dan aktivitas siswa yang berkarakter. Masalah yang sering dihadapi pada siswa sekolah dasar dalam pembelajaran adalah siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran yang ditandai dengan sikapnya yang acuh tak acuh serta kurang peduli terhadap pembelajaran sekalipun siswa dihadapkan pada tantangan. Sikap siswa terhadap teman dan guru yang suka berbohong, tidak bertanggung jawab, tidak bisa menghargai, dan kurang komunikatif dalam pembelajaran. Selain itu dalam penggunaan media pembelajaran kurang menarik bagi siswa dan dalam pembelajaran tidak menggunakan inovasi yang menarik dan menyisipkan permainan tradisional. Penggunaan model dan media ajar yang kurang menarik membuat siswa tidak termotivasi dan suka bermalas-malasan dalam pembelajaran.
Hal tersebut menjadi masalah bagi para guru. Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif dan cenderung cepat bosan. Hal itu disebabkan karena kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Ketidaktepatan guru menggunakan model pembelajaran dan berbantuan media ajar yang tepat dalam penyampaian materi menjadi sebab utama dari permasalahan tersebut, sehingga siswa tidak tertarik pada pembelajaran yang hanya terpaku pada buku dan ceramah yang didengar dari guru saja. Hal ini juga menyebabkan hasil belajar siswa yang dicapai sebagian besar rendah karena siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, belum membudayanya karakter jujur, demokratis, tanggung jawab, toleransi, komunikatif, yang disebabkan penyajian materi oleh guru dalam pembelajaran tidak menarik, kurang memotivasi siswa, belum membudayanya penanaman pendidikan karakter  di sekolah, dan tidak menggunakan media yang mendukung. Permainan tradisional bisa dimodivikasikan dengan pembelajaran untuk mebudayakan karakter tersebut.

No comments:

Post a Comment

PENGUNJUNG